eng
competition

Text Practice Mode

Senja di Bangku Tua

created Friday November 07, 03:31 by adit17


0


Rating

255 words
4 completed
00:00
Sore itu, langit seperti menulis puisinya sendiri. Jingga menyapu lembut diantara daun-daun, dan udara berbau tanah setelah hujan pagi. Di taman kecil belakang kantor, Raka duduk di bangku kayu yang mulai rapuh. Sudah lama ia tidak berhenti di sini-biasanya langsung pulang, menembus padatnya jalan, dan tenggelam dalam rutinitas. Tiap hari ini berbeda.  
Hari ini, hatinya terasa berat tanpa sebab yang jelas
Ia menatap sekeliling. Anak-anak tertawa di ayunan, seorang bapak tua memberi makan, dan seorang gadis lewat sembari membawa bunga kertas di tangan. Semua tampak sederhana, tapi entah kenapa terasa jauh dari dirinya.
Raka menarik napas dalam.
"Apa aku terlihat sibuk sampai lupa caranya tenang?" gumamnya pelan
Ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari teman lama:  
"Bro. kangen nongkrong bareng sore kaya dulu,. Hidup makin rame aja ya, tapi malah sepi."
Raka terdiam. Kalimat itu menampar pelan. Benar juga - hidupnya kini penuh: pekerjaan, target, tanggung jawab. Tapi di antara semua itu, ada ruang kosong yang semakin besar. Ruang yang dulu di isi tawa, cerita, dan kopi hangat bersama orang-orang yang kini entah kemana.
Ia menatap senja.
Mungkin, hidup memang begitu - tak selalu tentang maju secepat mungkin. Kadang, kita perlu berhenti di tengah jalan, menengok sedikit ke belakang, memastikan hati kita masih ikut berjalan bersama langkah.  
Burung-burung mulai kembali ke sarang. Langit berubah ungu tua.
Raka berdiri, menepuk celana, lalu tersenyum kecil.  
"Baiklah," katanya, "besok aku mau hidup lebih pelan, biar bisa benar-benar merasa."
Ia berjalan pulang, meninggalkan bangku tua itu, tapi membawa suatu yang lebih penting - perasaan ringan, yang sudah lama ia tidak rasakan.

saving score / loading statistics ...