eng
competition

Text Practice Mode

Sekali lagi, Kota itu.

created Tuesday June 17, 05:53 by secretbyvi


2


Rating

519 words
22 completed
00:00
Dulu, kami hanya sebatas “hampir.” Dia menyukai aku, katanya. Mulai menunjukkan perhatian, menyisipkan rasa lewat cara yang halus tapi terasa. Tapi aku belum siap, jadi aku biarkan semua berjalan datar. Setelah lulus SMK, aku pindah ke kota lain dan sejak itu, kami tak lagi berbicara. Ada kesalahpahaman kecil yang membesar karena diam, hingga akhirnya kami jadi dua orang asing dengan kenangan samar. Tapi waktu ternyata belum sepenuhnya memutus benang kami. Suatu hari, dia kembali menghubungiku hanya untuk bertukar kabar. Lalu kami menghilang lagi dari hidup masing-masing, seolah tak ada apa-apa.
 
Beberapa bulan kemudian, aku kembali ke kota itu untuk mengambil ijazah. Aku hanya tujuh hari di sana, tapi tanpa rencana, kami bertemu lagi. Hari-hari itu aku habiskan bersamanya, dan perlahan hatiku mulai membuka diri. Aku tertawa bersamanya, duduk di tempat-tempat lama yang dulu hanya jadi latar cerita yang tak sempat dimulai. Tapi malam ketiga, ketika kami duduk berdua, layar ponselnya menyala dan satu nama perempuan muncul bukan aku. Aku mencoba tenang, bahkan menyuruhnya angkat telepon. Ternyata, perempuan itu mengajaknya bertemu di sebuah kafe, tapi dia menolak katanya karena sedang bersamaku. Meski begitu, dadaku tetap sesak. Malam itu aku minta pulang. Ia mengantarku dan mencoba menghibur, tapi aku hanya bisa memberi senyum palsu.
 
Aku mencoba mengabaikan rasa tak nyaman itu. Lagipula, aku cuma tujuh hari di sana. Aku putuskan untuk tak memikirkan siapa perempuan itu, dan memilih menikmati waktu dengan dia dan teman-temanku. Tapi semakin hari, aku semakin jatuh cinta padanya dan saat hari terakhir tiba, aku menangis saat harus kembali ke kotaku. Di awal-awal kepulangan, kami masih saling bicara. Tapi saat aku akhirnya menanyakan tentang hubungan ini, ia menolak memberi kejelasan. Aku lelah bertanya-tanya, lelah membayangkan siapa saja yang mungkin mengisi harinya di sana. Jadi aku memutuskan untuk benar-benar pergi lost contact. Dan begitulah, semuanya berhenti.
 
Hingga satu hari, aku melihat story teman tentang mie ayam baru di Lampung. Dari caption-nya, aku penasaran dengan pemiliknya. Aku kunjungi profilnya seorang cowok, dan saat kulihat highlight musiknya, aku terkejut: selera musik kami mirip. Karena kagum, aku like story-nya, dan ternyata dia notice lalu DM aku. Awalnya aku tak membalas takut ketahuan. Tapi dia tetap mengirim pesan. Entah kenapa, usaha kecil itu menyentuhku. Akhirnya kami mulai mengobrol, dan nyambung. Kami tukar cerita, lalu panggilan suara malam itu membuatku nyaman. Kami bahas mantan, dan aku tak masalah. Tapi saat dia menunjukkan profil mantannya... aku membeku. Itu perempuan yang pernah dekat dengan laki-laki yang dulu aku sukai.
 
Ternyata, mereka semua satu kota dan kami semua satu sekolah. Hanya aku yang orang luar. Segalanya saling terhubung, seolah hidup sengaja mempertemukan jalur kami lagi dalam bentuk berbeda. Aku sempat benci. Rasanya aneh, seolah semesta bermain-main denganku. Tapi kata-katanya membuatku tenang, jadi aku tak langsung memutuskan pergi. Sampai sekarang kami masih saling mengirim pesan, meski aku tak yakin hubungan ini akan bertahan lama. Tapi satu hal yang pasti: aku ingin mampir ke kota itu lagi. Bukan untuk masa lalu, tapi untuk semangkuk mie ayam dan percakapan yang mungkin menyembuhkan. Mungkin bukan cinta. Mungkin hanya rasa penasaran. Tapi untuk pertama kalinya setelah sekian lama... aku tak takut untuk datang lagi.
 
 

saving score / loading statistics ...