Text Practice Mode
Rindu di Sudut Sepi yang Tak Lagi Kau Ingat
created Feb 22nd, 15:33 by Nayy
1
287 words
32 completed
5
Rating visible after 3 or more votes
saving score / loading statistics ...
00:00
22 Februari 2025
Hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Aku terbangun dengan perasaan yang aneh. Ada sesuatu yang mengganjal di dadaku, perasaan yang selama ini kupikir sudah reda, ternyata kembali menghampiri. Aku merindukannya. Seseorang yang dulu begitu dekat, yang pernah kudoakan dalam diam, yang kupikir merasakan hal yang sama sepertiku. Tapi nyatanya, dia sudah menjadi milik orang lain.
Aku ingin mengucapkan sesuatu, ingin sekadar menyampaikan doa atau harapan baik untuknya. Tapi aku tak punya keberanian. Bukan karena takut ditolak atau diabaikan, tapi karena aku tahu, ucapan itu mungkin tak lagi berarti baginya seperti dulu bagiku. Dia telah melangkah, menemukan kebahagiaan baru, sementara aku masih terjebak di sini, di dalam kenangan yang enggan pergi.
Lucunya, kemarin-kemarin aku baik-baik saja. Aku bisa tersenyum melihatnya bahagia tanpa ada perih di hatiku. Aku pikir aku sudah berdamai dengan kenyataan. Tapi hari ini, di hari istimewanya, semua itu runtuh. Rasa sakit itu kembali, seperti ombak yang datang tiba-tiba, menyeretku kembali ke lautan perasaan yang dulu coba kutinggalkan.
Aku bertanya pada diriku sendiri, mengapa perasaan ini masih ada? Mengapa aku masih berharap, padahal aku tahu bahwa dia telah memilih jalan yang berbeda? Aku ingin berhenti merindukannya, ingin benar-benar mengikhlaskan. Tapi nyatanya, itu tak semudah yang kupikirkan.
Lalu, apa yang harus kulakukan? Aku tidak ingin terus terjebak dalam perasaan ini. Mungkin aku hanya perlu menerima bahwa merindukan seseorang bukan berarti aku harus kembali kepadanya. Bahwa mencintai dalam diam tak harus selalu berujung memiliki. Bahwa perasaan ini bukan kelemahan, tapi bagian dari perjalanan yang harus kulalui.
Jadi, untuk hari ini, aku akan membiarkan diriku merasakan semuanya. Aku akan membiarkan rindu ini hadir, tanpa harus melawannya. Tapi besok, aku akan mencoba melangkah lagi, meskipun perlahan. Karena aku tahu, pada akhirnya, aku juga berhak menemukan kebahagiaanku sendiri.
-R
Hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Aku terbangun dengan perasaan yang aneh. Ada sesuatu yang mengganjal di dadaku, perasaan yang selama ini kupikir sudah reda, ternyata kembali menghampiri. Aku merindukannya. Seseorang yang dulu begitu dekat, yang pernah kudoakan dalam diam, yang kupikir merasakan hal yang sama sepertiku. Tapi nyatanya, dia sudah menjadi milik orang lain.
Aku ingin mengucapkan sesuatu, ingin sekadar menyampaikan doa atau harapan baik untuknya. Tapi aku tak punya keberanian. Bukan karena takut ditolak atau diabaikan, tapi karena aku tahu, ucapan itu mungkin tak lagi berarti baginya seperti dulu bagiku. Dia telah melangkah, menemukan kebahagiaan baru, sementara aku masih terjebak di sini, di dalam kenangan yang enggan pergi.
Lucunya, kemarin-kemarin aku baik-baik saja. Aku bisa tersenyum melihatnya bahagia tanpa ada perih di hatiku. Aku pikir aku sudah berdamai dengan kenyataan. Tapi hari ini, di hari istimewanya, semua itu runtuh. Rasa sakit itu kembali, seperti ombak yang datang tiba-tiba, menyeretku kembali ke lautan perasaan yang dulu coba kutinggalkan.
Aku bertanya pada diriku sendiri, mengapa perasaan ini masih ada? Mengapa aku masih berharap, padahal aku tahu bahwa dia telah memilih jalan yang berbeda? Aku ingin berhenti merindukannya, ingin benar-benar mengikhlaskan. Tapi nyatanya, itu tak semudah yang kupikirkan.
Lalu, apa yang harus kulakukan? Aku tidak ingin terus terjebak dalam perasaan ini. Mungkin aku hanya perlu menerima bahwa merindukan seseorang bukan berarti aku harus kembali kepadanya. Bahwa mencintai dalam diam tak harus selalu berujung memiliki. Bahwa perasaan ini bukan kelemahan, tapi bagian dari perjalanan yang harus kulalui.
Jadi, untuk hari ini, aku akan membiarkan diriku merasakan semuanya. Aku akan membiarkan rindu ini hadir, tanpa harus melawannya. Tapi besok, aku akan mencoba melangkah lagi, meskipun perlahan. Karena aku tahu, pada akhirnya, aku juga berhak menemukan kebahagiaanku sendiri.
-R
