Tak terasa dalam beberapa tahun terakhir ku beranjak dari masa sekolah kedunia kerja, yang kata orang itulah dunia sebenarnya. Semua terasa jemu karena tujuan berubah menjadi materialistis. Arti pertemanan memudar seiring dengan visi yang berbeda mengenai apa itu hidup. Seolah berjalan sendirian di tengah ramainya kota, berjuang melawan dunia. Entah memang ini yang dinamakan hidup yang sebenarnya atau hanya manusia yang berubah mengikuti arus jalannya hidup. Terlepas dari semua beban hidup, semua terlahir sama. Tak ada yang lebih di mata sang pencipta. Namun mengapa ada kalanya mereka membuat sebuah kasta dalam kehidupan sosial. Seakan ada pembatas tak kasat mata yang memisahkan. Membagi jarak antara harta dan tahta. Jadi apa arti hidup sebenarnya, apakah tentang uang, tahta dan jabatan, atau status sosial. Apakah kita sudah hidup seperti seharusnya kita di ciptakan? apakah hidup seharusnya seperti ini? karena menurut ku hidup ini bukan tentang pilihan melainkan tentang penyisihan. Tak berjuang maka akan kalah di medan perang, tak berlari maka akan ter tinggal di jalan. Setiap detik kita melangkah akan menentukan hal apa yang ada di depan. Entah cerah atau gelap, kita semua yang menentukan. Karena bila hanya bersandar pada takdir kita hanya diam di tempat, tak kemana-mana tak melangkah. Maka dari itu kita iringi dengan sebuah usaha agar semua menjadi nyata. Low eyed man.